Hakikat efikasi diri - B E L A J A R -><- S T A T I S T I K A

Breaking News

Post Top Ad

Minggu, 01 April 2018

Hakikat efikasi diri

a.    Pengertian efikasi diri
Bandura (dalam Vidya Agustina Legowo, dkk.,2009, h.24) mengartikan efikasi diri sebagai suatu keyakinan akan kemampuan atau kompetensi individu untuk dapat mengorganisasi dan melaksanakan serangkaian tindakan atau pekerjaan yang dianggap perlu untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Keyakinan seluruh kemampuan ini meliputi kepercayaan diri, kemampuan menyesuaikan diri, kapasitas kognitif, kecerdasan dan kapasitas bertindak pada situasi yang penuh tekanan. Efikasi diri berkembang seiring meningkatnya kemampuan dan bertambahnya pengalaman individu yang berkaitan.
Efikasi diri adalah keyakinan seseorang untuk mampu melakukan tugas tertentu dengan baik. Spears dan Jordan (Vidya Agustina Legowo, dkk, 2009, h.26)   mengistilahkan   keyakinan   sebagai   self-efficacy,   yaitu   keyakinan seseorang mampu melaksanakan tingkah laku yang dibutuhkan dalam suatu tugas. Pikiran individu terhadap self-efficacy menentukan besar usaha yang dicurahkan dan seberapa lama individu tetap bertahan dalam menghadapi hambatan atau pengalaman yang tidak menyenangkan. Mariza Ulfa Sumitro, dkk. (2011, h.8) mengemukakan efikasi diri adalah penilaian individu terhadap keyakinan diri akan kemampuannya menjalankan tugas sehingga memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efikasi diri adalah keyakinan atas kemampuan diri. Efikasi diri merupakan keyakinan seseorang untuk  mengkoordinir  kemampuan  dirinya  sendiri  yang  dimanifestasikan

dengan  serangkaian  tindakan  dalam  memenuhi  tuntutan-tuntutan  dalam hidupnya.
b.   Proses Efikasi Diri

Proses efikasi diri mempengaruhi fungsi manusia secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung, proses efikasi diri dimulai sebelum individu tersebut menentukan pilihan dan mengawali usaha mereka. Orang cenderung mempertimbangkan, mengevaluasi dan mengintegrasikan informasi mengenai kemampuan yang dirasakan. Langkah awal dari proses tersebut tidak begitu berhubungan dengan kemampuan atau sumber daya individu, tetapi lebih bagaimana mereka menilai atau meyakini bahwa mereka dapat menggunakan kemampuan dan sumber daya tersebut untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Selanjutnya, evaluasi atau persepsi mengarah pada harapan atas efikasi personal yang akhirnya menentukan yaitu 1) keputusan untuk menampilkan tugas tertentu, 2) sejumlah usaha yang akan dilakukan untuk menyelesaikan tugas, dan 3) tingkat daya tahan yang muncul (Luthans, 2005:
309).

c.    Sumber Efikasi Diri

Efikasi diri memiliki empat hal yang menjadi sumber informasi, dimana keempat hal tersebut menjadi sumber utama dalam mekanisme pembentukan efikasi diri dalam diri individu. Sumber-sumber efikasi diri diantaranya sebagai berikut.
1)   Pengalaman performansi, muncul ketika individu pernah mencapai prestasi di masa lalu.
2)   Pengalaman vikarius, yang diperoleh melalui model sosial dengan mengamati keberhasilan orang lain.
3)   Persuasi sosial, pada kondisi yang tepat  persuasi dari  orang lain dapat mempengaruhi efikasi diri.
4) Keadaan emosi, keadaan ini mengikuti suatu kegiatan yang mempengaruhi efikasi di bidang kegiatan itu (Alwisol dalam Mariza Ulfa Sumitro, dkk, 2011: 8).
Luthans  (2005:  309)  menjelaskan  sumber-sumber  informasi  utama efikasi diri sebagai berikut.
1)   Mastery Experiences atau Performance Attainments. Informasi yang paling berpengaruh, karena menyediakan bukti otentik dan informasi langsung tentang suatu  hal  oleh seseorang jika  ingin sukses, hal kesuksesan akan membangun keyakinan, sedangkan kegagalan perasaan efikasi diri dalam individu akan meruntuhkannya, terlebih jika terjadi sebelum  terbentuk dengan baik.  Jika seseorang hanya mengalami kesuksesan yang diperoleh dengan mudah, maka dia senantiasa mengharapkan hasil yang cepat, dan mudah tergoyahkan oleh kegagalan.
2)   Vicarious    Experiences    atau    Modelling    Enactive    experience.

Penilaian  efikasi  dipengaruhi  juga  oleh  vicarious  experienced, dimana individu memperoleh efikasi melalui pengalaman orang lain, dengan cara modelling. Melakukan pengamatan dan modelling terhadap individu lain yang melakukan hal serupa, seorang individu
dapat belajar dari apa yang individu lain lakukan. Jika seseorang melihat orang lain yang mirip dengannya sukses dengan usaha yang tekun, maka orang tersebut akan meyakini bahwa mereka pun memiliki kapasitas untuk sukses juga. Orang-orang pada kehidupan sehari-hari sering membandingkan dirinya dengan orang lain dalam situasi yang serupa, seperti teman sekelas, rekan kerja, pesaing dan orang lain yang memiliki kemiripan.  Mengungguli orang lain dapat meningkatkan keyakinan efikasi, sementara diungguli dapat menurunkan keyakinan efikasi. Perlu diperhatikan bahwa semakin mirip model yang diamati (dilihat dari segi usia, jenis kelamin, karakteristik fisik, tingkat pendidikan, status dan pengalaman) dan semakin relevan tugas yang dilakukan, maka akan memberikan dampak yang lebih kuat pula bagi pemrosesan efikasi sang pengamat (Luthans, 2005: 313).
3)   Social Persuasion. Efikasi seseorang dapat diperkuat oleh orang lain yang dipandang lebih kompeten dan dihormati. Kata-kata dan cara bersikap yang memberikan dukungan “anda pasti bisa” akan meningkatkan efikasi seseorang, sebaliknya, sikap dan kata-kata negatif  dapat  berdampak pada  keyakinan diri  dan  pada  akhirnya menurunkan efikasi.
4)   Physiological  dan  Psychological  Arousal.  Sebagian  besar  orang menilai kemampuan mereka sendiri berdasarkan apa yang mereka rasakan, baik secara fisik ataupun emosional. Jika sumber tersebut

bersifat negatif, maka dampaknya besar terhadap efikasi seseorang dan sebaliknya bersifat positif, apabila sumber ini dapat memberikan suatu langkah awal yang baik dalam membangun efikasi seseorang.
d.   Aspek-Aspek Efikasi Diri

Efikasi diri seseorang berbeda-beda, dapat dilihat berdasarkan beberapa  aspek  yang  mempunyai  implikasi  penting  pada  perilaku. Lauster (dalam Vidya Agustina Legowo, dkk, 2009: 24) menyebutkan orang  yang  memiliki  efikasi  diri  yang  positif  dapat  diketahui  dari beberapa aspek berikut.
1)   Keyakinan kemampuan diri, yaitu sikap positif seseorang tentang dirinya bahwa dia mengerti sungguh-sungguh apa saja yang dilakukan.
2)   Optimis, yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang harapan diri sendiri dan kemampuannya.
3)   Objektif, yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan atau sesuatu sesuai dengan kebenaran yang semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri.
4)   Bertanggung  jawab,  yaitu  kesediaan  orang  menanggung  segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.
5)   Rasional  dan  realistis,  yaitu  analisa  terhadap  sesuatu  masalah, sesuatu hal dan suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan sesuai kenyataan.

Bandura (dalam Vidya Agustina Legowo, 2009:23) mengatakan efikasi diri seseorang dapat dibedakan atas dasar beberapa dimensi.
1)   Tingkat Kesulitan Tugas (Magnitude atau Level)

Magnitude merujuk pada tingkat kesulitan tugas yang diyakini oleh individu dapat diselesaikan dan berdampak terhadap pemilihan perilaku yang dicoba atau dikehendaki berdasarkan pengharapan efikasi pada tingkat kesulitan tugas. Individu berusaha mencoba perilaku yang mungkin untuk dilakukan dan perilaku ini dimulai dari yang sangat mudah, mudah, cukup mudah, sukar, dan sangat sukar. Sebaliknya, individu menghindari situasi dan perilaku yang dirasa melampaui batas kemampuannya.
2)   Luas Bidang Perilaku (Generality)

Generality merujuk pada pertanyaan, apakah keyakinan efikasi diri hanya berlangsung dalam domain tertentu atau berlaku dalam berbagai macam  aktivitas dan perilaku. Hal ini berkaitan dengan seberapa luas bidang perilaku yang diyakini untuk berhasil dicapai oleh individu. Pengharapan tersebut terbatas pada bidang perilaku khusus, sedangkan beberapa pengharapan mungkin menyebar pada berbagai bidang perilaku.
3)   Kekuatan Keyakinan (Strength)

Strength merujuk pada kuat atau lemahnya keyakinan individu terhadap tingkat kesulitan tugas yang bisa dikerjakan. Keyakinan berkaitan dengan keteguhan hati terhadap keyakinan individu bahwa
dia akan berhasil dalam menghadapi suatu permasalahan. Individu tersebut seringkali menghadapi rasa frustrasi, luka dan berbagai rintangan lainnya dalam mencapai suatu hasil tertentu.
e.    Dampak Efikasi Diri

Luthan   (2005:   78)   menyebutkan  bahwa   efikasi   diri   secara langsung dapat mempengaruhi hal-hal sebagai berikut.
1) Pemilihan  perilaku,  misalnya  keputusan  dibuat  berdasarkan bagaimana efikasi yang dirasakan seseorang terhadap pilihan, misalnya tugas kerja atau bidang karir.
2)   Usaha motivasi, misalnya orang mencoba lebih keras dan berusaha melakukan tugas dimana efikasi diri mereka lebih tinggi daripada mereka yang memiliki efikasi diri yang rendah.
3)   Daya  tahan,  misalnya  orang  dengan  efikasi  diri  tinggi  mampu bangkit dan bertahan saat menghadapi masalah atau kegagalan, sementara orang dengan efikasi diri rendah cenderung menyerah saat menghadapi rintangan.
4)   Pola pemikiran fasilitatif, misalnya, penilaian efikasi mempengaruhi perkataan pada diri sendiri (self-talk) seperti orang dengan efikasi diri tinggi mungkin mengatakan pada diri sendiri, “Saya tahu saya dapat menemukan cara untuk memecahkan masalah ini,” sementara orang dengan efikasi diri rendah mungkin berkata pada diri sendiri,”Saya tahu saya  tidak bisa melakukan  hal  ini,  saya  tidak mempunyai kemampuan”.
5)   Daya  tahan  terhadap  stres,  misalnya,  orang  dengan  efikasi  diri rendah cenderung mengalami stres dan kalah karena mereka gagal, sementara orang dengan efikasi diri tinggi memasuki situasi penuh tekanan dengan percaya diri dan kepastian dan dengan demikian dapat menahan reaksi stres.
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa efikasi diri berperan besar dalam kehidupan seseorang. Dampak dari efikasi diri yang baik antara lain, yaitu individu memiliki pemillihan perilaku yang tepat, memilliki semangat yang kuat untuk berusaha, memiliki pola pemikiran partisipasif, serta lebih tahan terhadap stres.

f.    Pengukuran Efikasi Diri
Penelitian sebelumnya untuk pengukuran efikasi diri dilakukan dengan metode yang berbeda. Nurul Fitrianti, dkk (2011; 113) menggunakan kuesioner dan skala penilaian Likert untuk mengukur efikasi diri. Kuesioner disusun berdasarkan aspek efikasi diri, yaitu 1) individu merasa yakin, 2) kinerja dalam melaksanakan tugas, 3) gigih sampai tujuan tercapai, 4) memikul tanggung jawab secara psibadi dan menginginkan hasil dari kemampuan optimalnya, 5) mampu mengontrol stres,  6)  menganggap tugas  sebagai  pekerjaan  yang  menarik,  dan  7) kreatif dan inovatif.
Bandura  (2005:  311)  menjelaskan  sebuah  penilaian  efikasi  diri yang komprehensif akan terkait dengan faktor perilaku di mana orang dapat  melakukan  beberapa  kontrol.  Dalam  metodologi  standar  untuk

mengukur efikasi diri dapat disajikan dengan item yang menggambarkan berbagai   tingkat   kemampuan   individu   dalam   mengerjakan   suatu aktivitas.  Responden  menilai  keyakinannya pada  kemampuan  mereka sendiri untuk melaksanakan suatu aktivitas. Bandura (2005: 312) memberikan skala respon dari 0 hingga 100.
Vidya Agustina Legowo, dkk (2009: 28) mengukur efikasi diri dengan menggunakan Skala efikasi diri yang disusun berdasarkan aspek- aspek Bandura (1986) yaitu: magnitude, generality, dan strength. Aspek- aspek tersebut juga digunakan oleh Sulistyawati (2012: 145) dalam mengukur efikasi diri.
Berdasarkan uraian di atas, efikasi diri diukur menggunakan kuesioner dan skala. Dalam penelitian ini, digunakan kuesioner efikasi diri yang disusun dari aspek efikasi diri Bandura (Vidya Agustina Legowo, dkk., 2009), yaitu magnitude, generality, dan strength. Respon jawaban menggunakan skala likert.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comments

Post Bottom Ad

Pages